Rabu, 18 November 2015

27 September 2015 (21:12)


Sajak kemarin tak lepas dari pupus
Ia usai namun tak berkesudahan
Menyerak di setiap sudut kertas
Tertumpah ruah dalam ingatan
Sajak kemarin menutup hari yang lelah
Beruntai meminta untuk digapai
Juga memaksa untuk dilisankan
Apakah ini arti semua diksi itu?
Menyebar di nadiku, dan memaki rindu
Sajak kemarin beradu di bawah mendung
Ia bergetar bersama langkahku
Menuju langitmu

Selasa, 20 Januari 2015

Tentang Malam


Malam, aku merindumu. Di suasana sepi ini, memoriku liar berterbangan di pucuk-pucuk atap. Remangnya sepertimu : yang penuh kepasbiasaan namun istimewa. Lilin malam ini mengingatkanku pada langitmu : mempesona setiap mata yang memandang, seperti bisa menerka isi hati setiap insan. Aku ingin berteduh di bawah payung langitmu, supaya damai itu selalu merasuki jiwaku, supaya bintang yang lain bisa ikut bersinar kalahkan matahari. Malam-Ku sang lambang cinta, kau menggugahku dengan tatapanmu. Kau dedahkan isi hatiku oleh kelammu yang sebenarnya menggenggam dian. Kau buat aku mencintai senjamu...
Malam, bila indah saja tak cukup menggambarmu.. lalu aku bisa apa selain berlayar menuju langitmu? Akankah kau beri teduhmu padaku lewat pelitamu yang tak kunjung padam? Banyak hal yang ingin aku lukis bersama rembulanmu, dan diam-diam aku berkisah lewat doa tentangmu ... pada Tuhan... yang telah menciptakan rindu-rindu di bilik hatiku. 
Lewat jendela malam ini, aku menatap pesonamu. Malam-Ku yang sedang tertutup mendung, aku enggan terperangkap dalam keheningan yang mewarnaimu, bolehkah aku kirim doa untukmu? 
Untuk rindu, rasa dan asa yang sekian lama bersatu padu. 

-Dari jingga Mu di balik senja-

Biar Waktu


Ketika semuanya ku putar ulang 
Waktu seakan tak berteman 
Kau mengisi sekat-sekat 
Berbelok-belok
Tak kutemukan jalan keluarnya
Seperti alinea rumpang berjeda panjang 
yang sering aku toreh untuk melukismu 
Kau bersikap
Seolah biar waktu yang memahamimu
Biar waktu yang meninggalkanmu 
Biar waktu yang melupakanku
Biar waktu yang menyembuhkanku
Kau lupa
Luka pun sembuh namun tetap ada bekasnya
Lalu, bagaimana?
Aku mengejamu dalam derap waktu yang merenta
Berkeping-keping, pecah dan terbias