Malam, aku merindumu. Di suasana sepi ini, memoriku liar berterbangan di pucuk-pucuk atap. Remangnya sepertimu : yang penuh kepasbiasaan namun istimewa. Lilin malam ini mengingatkanku pada langitmu : mempesona setiap mata yang memandang, seperti bisa menerka isi hati setiap insan. Aku ingin berteduh di bawah payung langitmu, supaya damai itu selalu merasuki jiwaku, supaya bintang yang lain bisa ikut bersinar kalahkan matahari. Malam-Ku sang lambang cinta, kau menggugahku dengan tatapanmu. Kau dedahkan isi hatiku oleh kelammu yang sebenarnya menggenggam dian. Kau buat aku mencintai senjamu...
Malam, bila indah saja tak cukup menggambarmu.. lalu aku bisa apa selain berlayar menuju langitmu? Akankah kau beri teduhmu padaku lewat pelitamu yang tak kunjung padam? Banyak hal yang ingin aku lukis bersama rembulanmu, dan diam-diam aku berkisah lewat doa tentangmu ... pada Tuhan... yang telah menciptakan rindu-rindu di bilik hatiku.
Lewat jendela malam ini, aku menatap pesonamu. Malam-Ku yang sedang tertutup mendung, aku enggan terperangkap dalam keheningan yang mewarnaimu, bolehkah aku kirim doa untukmu?
Untuk rindu, rasa dan asa yang sekian lama bersatu padu.
-Dari jingga Mu di balik senja-