Kamis, 18 September 2014

Kau dan Aku



Aku berlayar bersama matahari. Melewati medan yang membekas di setiap sudut hatiku. Langkah kita berbeda, seperti bianglala dengan banyak gondola : satu, tapi tidak utuh. Kau terlihat berputar pada fajar yang memberi untaian warna jingga kemerahan. Padahal, sebenarnya kau telah jauh, bersama Neptunus. Aku mematung, melukiskan ceritamu di lembaran-lembaran daun yang bernama rindu. Keabadian memang bukan milikmu, tapi hilangmu telah meninggalkan jejak di pucuk-pucuk hatiku untuk selamanya. Menunggumu bukanlah pilihan, mencintaimu bukanlah keputusan. Itu adalah suatu yang bahkan aksara pun tak mampu untuk menjelaskan. Awalnya aku enggan berhenti pada medan gravitasimu, karena bagiku duniamu hanyalah serupa bunga teratai di atas lumpur. Namun, matahari yang membimbingku padamu. Pada realita bahwa ada asa di mata seorang adam. Kau . . . telah menderahkan gema itu . . .dalam satu purnama. Sudahlah, enyahkan saja pekat yang membungkus jejakmu dan tunjukkan padaku. Bukan pada rembulan, juga bukan pada bintang. Tapi padaku, yang telah menjadikanmu sebagai karya surga di dalam kitab hatiku.

2 komentar:

  1. Sittyyyyy...... Kami ko nyarii jawaban akuunn bukan nak nyarii ujaann

    BalasHapus
  2. Sitty tulislah novel, bagus nah tulisan kau. Hehehe

    BalasHapus